Pondokgue.com – Fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, dan poskesdes merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam ekosistem ini, pelayanan farmasi di puskesmas memegang peran penting untuk memastikan bahwa obat diberikan secara tepat, aman, dan rasional kepada pasien.
Namun, di balik peran strategis tersebut, masih terdapat berbagai tantangan yang perlu dibenahi agar pelayanan farmasi benar-benar optimal.
Peran farmasis di puskesmas bukan hanya sebagai pengelola obat, tapi juga sebagai edukator, konselor, bahkan pengawas penggunaan obat pada program kesehatan masyarakat.
Fungsi Utama Pelayanan Farmasi di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian di fasilitas primer berfokus pada dua aspek utama: manajemen obat dan pelayanan langsung kepada pasien. Berikut ini beberapa fungsi vitalnya:
- Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat program dan non-program
- Pelayanan resep dari poli umum, KIA, gigi, dan lain-lain
- Edukasi kepada pasien terkait penggunaan obat
- Monitoring dan pelaporan penggunaan obat serta efek sampingnya (farmakovigilans)
- Dukungan pada program nasional seperti TB, HIV, dan Keluarga Berencana
Peran Strategis Farmasis dalam Pelayanan Primer
Pelayanan farmasi di puskesmas bukan hanya soal membagikan obat kepada pasien. Farmasis memiliki tanggung jawab yang jauh lebih luas—termasuk memastikan pengelolaan obat yang efisien, edukasi rasional kepada masyarakat, dan dukungan terhadap berbagai program kesehatan.
Berikut ini adalah bentuk nyata kontribusi farmasis yang sering kali tidak terlihat namun sangat berdampak.
1. Menjamin Ketersediaan dan Kualitas Obat
Farmasis bertanggung jawab untuk memastikan stok obat tidak kosong, tidak kedaluwarsa, dan sesuai standar. Ini termasuk memantau obat program nasional yang sering mengalami ketidakteraturan distribusi.
2. Edukasi Penggunaan Obat kepada Pasien
Tidak semua pasien memahami cara minum obat dengan benar. Farmasis di puskesmas perlu aktif menjelaskan aturan pakai, efek samping, serta interaksi yang mungkin terjadi—terutama pada pasien dengan penyakit kronis.
3. Mendukung Program Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Farmasis juga dapat berperan dalam sosialisasi obat herbal terstandar, edukasi tentang antibiotik, serta pencegahan resistensi obat melalui penyuluhan bersama petugas promkes atau bidan.
4. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Obat
Setiap distribusi obat harus tercatat dan dievaluasi. Data ini sangat penting untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan, pengambilan keputusan pengadaan, dan audit layanan farmasi.
Tantangan Pelayanan Farmasi di Puskesmas
Meskipun peran farmasis sangat vital dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama, kenyataannya masih banyak hambatan yang menghalangi optimalisasi pelayanan farmasi di puskesmas. Tantangan ini mencakup aspek sumber daya manusia, fasilitas, hingga kebijakan sistem.
1. Kekurangan Farmasis di Puskesmas
Banyak puskesmas, terutama di daerah terpencil atau kepulauan, masih belum memiliki farmasis tetap. Posisi farmasi sering dirangkap oleh tenaga teknis kefarmasian atau bahkan staf non-kefarmasian, sehingga pelayanan menjadi tidak optimal, bahkan berisiko.
2. Ketidakterlibatan Farmasis dalam Tim Lintas Sektor
Farmasis kerap tidak dilibatkan dalam perencanaan atau pelaksanaan program-program lintas sektor, seperti posyandu, KIA, promkes, atau program penanggulangan penyakit menular. Padahal farmasis bisa memberikan nilai tambah dalam pengawasan obat dan edukasi penggunaan.
3. Kurangnya Pemahaman Peran Farmasis oleh Profesi Lain
Masih ada anggapan bahwa farmasis hanya mengelola gudang obat. Akibatnya, potensi peran klinis farmasis dalam memberikan konseling pasien, monitoring efek samping, hingga intervensi terapi tidak dimanfaatkan.
4. Fasilitas dan Infrastruktur yang Belum Memadai
Beberapa puskesmas tidak memiliki ruang pelayanan farmasi yang layak, sistem pencatatan masih manual, bahkan penyimpanan obat masih belum sesuai standar suhu dan kelembaban. Hal ini menyulitkan farmasis menjalankan tugas sesuai regulasi dan meningkatkan risiko kesalahan.
5. Tumpang Tindih Tugas dan Beban Administratif
Di lapangan, farmasis sering diberi tanggung jawab tambahan di luar ranah kefarmasian, seperti input data SIMPUS, pelaporan logistik non-obat, atau menjadi koordinator kegiatan non-klinis.
Hal ini menyebabkan fokus terhadap pelayanan farmasi menjadi terbagi dan kurang maksimal.ik, farmasis di puskesmas sering terjebak sebagai “penjaga gudang obat” daripada profesional pelayanan klinis.
Mengatasi tantangan ini membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, pimpinan puskesmas, hingga organisasi profesi.
Farmasis harus diberikan ruang untuk berkembang sesuai kompetensinya dan dilibatkan secara aktif dalam semua lini program kesehatan masyarakat.
Strategi Penguatan Pelayanan Farmasi Primer
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa langkah berikut bisa diterapkan:
- Penambahan formasi farmasis di seluruh puskesmas secara merata
- Integrasi farmasis dalam semua program lintas sektor (KIA, Gizi, Promkes, dll.)
- Pengadaan pelatihan rutin, termasuk digitalisasi pelaporan dan sistem informasi obat
- Pemberian insentif berbasis kinerja dan kompetensi farmasis
- Peningkatan kerja sama antarprofesi dan pembagian tugas yang lebih jelas
Dukungan PAFI Bone Bolango untuk Farmasis di Fasilitas Primer
Organisasi seperti PAFI Kabupaten Bone Bolango berperan aktif dalam mendampingi anggotanya yang bekerja di layanan primer. Upaya mereka meliputi:
- Workshop manajemen obat program nasional
- Pendampingan penyusunan standar operasional prosedur (SOP) puskesmas
- Forum diskusi antar farmasis lintas wilayah untuk berbagi praktik terbaik
Info lengkapnya bisa kamu temukan di: https://pafibonebolangokab.org/
Kesimpulan: Puskesmas Kuat Dimulai dari Farmasi yang Tanggap
Pelayanan farmasi di puskesmas tidak bisa dipandang sebelah mata. Farmasis adalah tulang punggung dalam menjamin akses masyarakat terhadap obat yang aman dan efektif. Dengan dukungan kebijakan, pelatihan, dan sinergi profesi yang kuat, layanan farmasi di fasilitas primer bisa menjadi lebih strategis dan berdampak luas.
Leave a Comment